Kamis, 13 Mei 2010

Merangkai Kembali Mozaik Kehidupan

Matahari siang ini terasa menyengat tubuh ku,terasa langkah teramat berat untuk berjalan,walau berat rasanya beban di perut ku ini dan terkadang terasa nyeri, tetapi tak menyurutkan ku dalam menggaet rejeki,mencari sesuap nasi untuk kami makan hari ini.Aku hanyalah hambanya yang berlumur dosa,maka akan ku tebus semua dosa-dosa ku ini sampai tak terasa lagi jantung ini berdetak.
Namaku Rinata,dulu hidupku terasa sangat menyenangkan,karena semua yang ku inginkan dengan mudah orang tua ku mengabulkannya,terutama papa.Dengan fasilitas yang serba lengkap yang mereka berikan kepada ku,bisa terbayang berapa banyak hal-hal yang menyenangkan dapat ku lakukan.Aku bersama ketiga teman ku senang sekali menghabis-habiskan uang dengan berfoya-foya,mulai dari shoping,beli makanan dengan standar internasional,pergi ke berbagai tempat yang kami suka,bahkan karena terlalu menikmati hidup tanpa di imbangi dengan iman yang kuat kami pun terjerumus ke dalam lembah kemaksiatan.Kami senang sekali pergi ke diskotik-diskotik,bangga sekali rasanya bila semua diskotik di negeri ini telah kami kunjungi,kami akan tertawa lepas merayakannya tanpa ada rasa berdosa sedikitpun.Sudah dapat di bayangkan apa saja yang kami lakukan di tempat maksiat ini.Beberapa merek minuman keras kelas dunia telah kami teguk,merokok adalah hal wajar bagi kami,tak lagi tersirat dalam benak kami bahwa kami ini akan terkena berbagai penyakit dan dosa yang berlipat-lipat,dosa??? apa itu yang namanya dosa,sebuah permainan yang sangat menyenangkan kah? ? ? atau jenis minuman keras terbaru? aneh,kenapa orang-orang berjilbab itu amatlah takut yang namanya dosa,yang ada bagi kami mereka itu amat sangat kampungan.Selama kami merasa senang maka kami akan terus melakukan hal bejat ini.Kami seharusnya bersyukur dengan apa yang Allah swt. berikan kepada kami,tetapi bagi kami saat itu bersyukur adalah hal yang sangat menjijikan di dalam hidup ini,kami hanya berpikir orang tua kami mendapatkan kekayaan ini karena hasil kerja keras mereka semata,bukan karena belas kasih tuhannya.Mereka teman-teman ku berprilaku seperti ini karena adanya masalah di dalam keluarganya.Orang tua mereka sibuk mencari uang tanpa memikirkan kondisi psikologi anak-anaknya yang saat itu sangat membutuhkan kasih sayang dari mereka,yang mereka berikan kepada anak-anaknya hanyalah materi tak pernah ada waktu dalam keluarga untuk sekedar bertukar pikiran,karena para orang tua berfikir berkumpul dengan keluarga bukan saat yang tepat dan hanya membuang waktu saja,karena waktu bagi mereka adalah uang.Belum lagi para orang tua yang mencontohkan kepada anak-anaknya bagaimana cara berselingkuh yang baik,benar-benar hidup di rumah sendiri seperti neraka.Setelah aku sadar,aku menarik kesimpulan bahwa mungkin saja untuk mereka teman-teman ku masih bisa di katakan wajar apabila terjerumus ke lembah hitam itu,karena kelakuan orang tua mereka yang tak lagi memberikan kasih sayang kepada mereka,tapi apa yang terjadi dengan diri ku,seharusnya aku bersyukur karena masih ada yang mau memperhatikanku,menanamkan nilai agama di dalam hidup ku dan mau mendengarkan curhat ku,dialah sang mamah yang selama ini sering ku bantah segala perintahnya,aku ini anak yang durhaka bahkan sangat durhaka,pantas jika suatu saat mamah mengutuk ku,tapi beliau tak pernah menaruh rasa kesal terhadap ku,ia selalu sabar dalam mendidik ku.Mamah masih ada kah kata maaf itu untuk ku,ah…aku sangat merindukannya,tapi untuk saat ini aku masih belum siap untuk bertemu dengannya.Mamah sudah terlalu sakit akan prilaku ku selama ini,biarlah ku tanggung sendiri beban ini,biar tau rasa diri ku ini.
Aku bungsu dari tiga bersaudara,aku adalah anak peremuan satu-satunya,maka tak heran jika papa sangat memanjakan ku,ia sangat senang saat diri ku ini terlahir ke dunia,begitu juga dengan mamah dan kedua kakak ku.Rinata Fitri Ramadani,nama yang indah bukan,tapi sayang nama itu tak seindah dengan prilaku dan akhlak pemiliknya.Aku punya dua kakak,mereka semua laki-laki.Berbeda dengan ku mereka adalah anak-anak yang sangat nurut dan sayang kepada kedua orang tuanya,apa saja yang orang tuanya perintah selalu mereka laksanakan,selagi perintah itu benar.Mereka bahkan sudah pandai salat dan membaca Al Quran sejak kecil,berbeda dengan diriku yang paling males kalau mamah sudah mengajarkanku bagaimana cara salat dan tadarus yang benar,ada saja alasan yang ku buat untuk menghindar dari hal itu,bukan itu saja aku bahkan tak pernah menghiraukan nasihat yang mamah dan kakak-kakak ku berikan,ku anggap itu semua hanya angin lalu.Padahal kakak dan mamah ku amat sayang kepada ku,mereka tak ingin diri ku terjerumus kedalam pergaulan yang sesat.Kuping ku juga tersa sangat panas ketika mamah menyuruh ku memakai jilbab,katanya jilbab itu wajib hukumnya di pakai untuk perempuan muslim yang sudah akhir balig seperti diri ku ini,kata mamah orang yang gak menutup auratnya maka ia gak akan mencium sedikitpun baunya surga.Nasehat itu hanya masuk kuping kiri dan keluar kuping kanan saja,memang apa baunya surga itu?,paling-paling juga sama dengan minyak wangi yang paling mahal yang ada di dunia ini,ah…itu mah gampang bisa ku beli berapapun harganya,pikir ku.Papa dan mamah ku sering beradu argumen,mereka selalu membicarakanku,mamah selalu bilang ke papa bahwa papa itu terlalu berlabihan memanja diri ku,tapi papa tak mau di anggap salah menurutnya apa yang di lakukannya terhadap diri ku adalah hal yang wajar.Mamah ku memang orang yang paling memperhatikan agamanya,ia berusaha mendidik anak-anaknya supaya kami menjadi anak yang soleh dan solehah,begitu besar harapannya kepada ku,ia ingin sekali melihat ku memakai jilbab,bahkan saking ia menginginkannya ia membelikan ku beberapa baju muslim dan beberapa macam jilbab yang popular saat itu,terkadang aku marah dengannya karena yang ku inginkan saat itu bukan lah baju yang seperti itu,itu kuno menurut ku,yang ku pinta adalah baju-baju keren dan seksi yang di pakai oleh artis-artis zaman sekarang.Papa mendengar keributan di antara kami,dan pasti pada akhirnya papa membelaku,"udah lah mah belikan saja apa yang Rinata inginkan,selama dia senang",kata papa."Papa ini gimana sih!! anak minta yang menjuruskan ke hal yang negatif malah di dukung,kita harusnya sejalan mendidik anak pa",tegas mamah.Tapi pada akhirnya tetap saja mamah kalah,papa pun akhirnya mambelikan baju yang ku inginkan.Hal ini terus terulang untuk kesekian kalinya.Papa sangat memanja ku bahkan ketika aku menginginkan mobil mewah terbaru papa akhirnya membelikannya.Saat itu papa ku anggap seperti pahlawan,ia menolong ku ketika mamah tak setuju akan sesuatu yang ku inginkan.Puas sekali aku mengitari bumi ini dengan mobil merah ku,pergi sesuka hati yang gak jelas tujuan dan maksudnya.Sampai pada akhirnya aku jarang pulang ke rumah karena sibuk mengitari tempat-tempat hiburan di Jakarta ini.Bahkan sekolah ku terbangkalai kerena diri ini terlalu sibuk dengan perbuatan-perbuatan maksiat.Mamah sangat cemas dengan keberadaan ku saat itu,sampai mamah menelpon ku,ia menyuruh ku pulang dan menanyakan keberadaan ku.Aku pun bilang pada mamah kalau saat ini aku baik-baik saja dan aku sedang di rumah teman untuk mengerjakan tugas.Ya Allah maaf kan hambamu ini,terlalu banyak kebohongan yang ku buat terutama kepada mamah.Hari-hari ku lalui dengan kesenangan,walau pun aku jauh dari rumah tapi aku tak takut karena aku masih banyak mempunyai uang,bahkan uang itu akan selalu bertambah karena aku mempunyai beberapa kartu ATM,dan selalu di isi oleh papa ku.
Perbuatan maksiat ku ternyata dari hari ke hari semakin menjadi.Saat itu aku dan teman-teman ku senang sekali berganti-ganti pacar,hidup kami terlanjur glamor,bahkan tak jarang lelaki-lelaki itu kami ajak kencan dan yang membiayai semuanya adalah kami,mereka cowok-cowok yang matrealistis,cuma tampang saja yang keren tapi kantongnya kering.Saat itu kami menjelma seperti wanita-wanita yang haus akan cinta,bukan saja cowok-cowok ingusan yang umurnya sama dengan kami yang kami pacari,bahkan bapak-bapak yang beristri pun kami gaet.Ternyata bergaul dengan mereka lebih berpengaruh terhadap moral kami saat itu,ya mereka kan sudah jauh berpengalaman dalam hal menaklukan wanita.Hidup kami memang sudah hancur,bahkan tingkah laku kami sangat lah buruk untuk menjadi muslimah sejati.Sudah tak ada harga diri lagi,semua yang ada di badan ini kami biarkan terjamah oleh laki-laki berwajah setan itu,Mengenaskan sekali akhlak ku ini,aku memang pantas untuk di usir dari rumah.
Aku Rinata,umurku saat ini 20 tahun,seharusnya aku kuliah.Padahal papa sudah menyiapkan ku untuk kuliah di London.Bodoh sekali hidup ku ini,sudah menyianyiakan masa depan ku sendiri.Punya orang tua yang mampu menyekolahkan ku bahkan sampai ke negeri orang,tapi apa yang ku buat,aku telah mengecewakan banyak orang,mengecewakan papa,mamah,dan kedua kakak ku.Padahal bila ku melihat di sekeliling ku begitu banyak orang yang ingin bersekolah dan kuliah tetapi tak bisa karena keterbatasan biaya.Hancur semua masa depan ku,dan sekarang aku harus menata ulang lagi hidup ku yang telah berantakan,bagai mozaik yang pecah berkeping-keping dan harus ku rangkai kembali mozaik-mozaik yang mungkin tercecer di berbagai tempat.Mozaik hidup yang hancur karena diri ku sendiri,yang menganggap kekal hidup di dunia ini,padahal apa yang ku rasa saat ini,seolah kematian dan pertanggung jawaban akan dosa-dosa selama ini mengejar-ngejar ku dan mereka terasa sangat dekat.Sepi rasanya hidup ku ini,hanya di temani rasa takut yang luar biasa,rasa takut akan semua perbuatan dosa yang selama ini ku perbuat.Apakah masih ada kata taubat untuk diriku ini ya Allah…,tak pantas rasanya kau biarkan ku tetap hidup di dunia ini karena wanita menjijikan seperti diri ku seharusnya saat ini sudah engkau seret ke dalam lembah neraka.
Aku Rinata,saat ini aku merasa tubuh dan hati ku telah busuk,busuk di gerogoti segala ulat kemaksiatan,hanya belas kasihan dari tuhan lah yng masih membiarkan ku hidup.Setelah kejadian pengusiran itu,aku sudah enam bulan tak berani lagi menggerayangi rumah ku,rumah keluarga yang seharusnya ku jadikan sebagai tempat ku singgah dan tempat ku bercermin.Mungkin sudah seharusnya hukuman ini di berikan kepada ku.Saat ku merasa gelisah,yang tergambar di dalam pikiran ku adalah kehidupan ku yang suram,ya…sekarang aku menuai hasilnya,hasil yang sangat tidak memuaskan,itu semua karena ulah ku yang hina.
Aku Rinata,saat ini aku sedang mengandung,mengandung anak yang kalau ku hitung ini adalah anak ke empat ku dari perbuatan bejat ku dulu,bersama para lelaki hidung belang itu ku serahkan seluruh jiwa raga ku,ahhggg…ingin teriak rasanya mengenang semua dosa-dosa ku ini.Bayangkan di usia ku yang ke dua puluh tahun ini aku seharusnya sudah mempunyai empat anak,akan tetapi yang selamat sampai saat ini hanya tinggal satu anak,ya…ketiga kandungan ku sebelumnya ku gugurkan,seenaknya saja melenyapkan nyawa orang seperti hal biasa yang di lakukan ketika melenyapkan nyawa semut ketika semut itu menggigit.Sempat ku berfikir untuk menggugurkan kandungan ku yang ke empat ini,seandainya laki-laki pengecut itu mau bertanggung jawab,mungkin hidup ku gak akan sesengsara ini.Padahal laki-laki itu sangat ku cintai,aku sangat berharap banyak padanya kalau dia akan menjadi lelaki yang mau bertanggung jawab,tapi apa yang ku temukan adalah anggapan ku bahwa semua lelaki itu sama pengecut dan menjijikan,begitu juga dengan diri ku sendiri yang ku anggap sama menjijikannya karena telah hilangnya kehormatan wanita ku ini.Maafkan aku papa,mamah,dan my brothers,karena diri ku yang hina ini kalian menjadi sorotan orang banyak.Enam bulan yang lalu aku di usir dari rumah,papa adalah orang yang paling antusias mengusir ku ketika ia tau kalu aku hamil,yang ku heran kenapa mamah dan kedua kakak ku malah membela diri ku.Padahal aku telah mengecewakan mereka,ketika mamah dan kakak-kakak ku tau kalau diri ku hamil,mereka malah berusaha melindungi ku dari papa,karena papa akan marah besar dan akan mengusir ku dari rumah.Pada kenyataannya sekarang aku jauh meninggal rumah,walupun mamah dan kakak-kakak ku telah membujuk papa untuk tidak mengusir ku dari rumah dan mamah tetap mencoba menahan ku untuk tak pergi,tapi mamah maafkan anak mu ini,sudah ku putuskan untuk meninggalkan rumah dan menanggung beban ku sendiri.Aku gak mau mamah tambah sedih dengan tingkah laku anaknya yang sudah sangat kotor ini.Papa juga bilang bahwa ia sangat kecewa dan malu punya anak seperti diri ku ini,tapi mamah selalu membela ku,kata mamah ini juga salah papa yang selalu memanjakan ku.Papa gak mau di salahin,ia malah balik menyalahkan mamah yang menganggap mamah udah gak becus mendidik anak,papa berpikir kalau soal mendidik anak adalah tanggung jawab seorang ibu,karena ia telah cape bekerja di luar sana,papa yang dulu ku anggap sebagai pahlawan sekarang adalah musuh terberat ku.Oh tuhan… begitu menjijikannya diri ini,tidak hanya aku saja yang harus menanggung beban berat masalah ini,tapi ada orang lain yang harus tersakiti hatinya yaitu mamah.Saat ini yang bisa ku perbuat untuk mamah hanya memohon ampun kepada Allah atas segala dosa-dosa ku selama ini dan aku juga selalu mendoakan mamah agar selalu di beri kesehatan dan keselamatan dalam setiap langkahnya.Nasihat yang beliau berikan yang sangat ku pegang untuk saat ini adalah untuk tidak menggugurkan kandungan,aku berjanji akan menjaganya sampai bayi ini terlahir,aku gak terima bayi ini di katakan anak haram,karena yang haram adalah perbuatan orang tuanya.Anak ku…maafkan lah ibu mu ini,yang udah gak becus menjaga akhlak,karena aku kini diri mu mendapat cap buruk dari masyarakat,yaitu sebagai anak haram.
Aku Rinata,saat ini aku berusaha merubah sikap,merubah masa lalu ku yang amat gelap,tapi pertanyaannya apakah diri ku ini sanggup merubah itu semua??,tanpa hidayah dan bantuan dari Allah aku tak yakin menjalani hidup ku yang getir dan melewati masa kritis ku saat ini.Baru tau rasa sekarang diri ku ini gimana beratnya beban seorang ibu,yang selalu memikirkan keselamatannya bahkan tak jarang sang ibu merelakan nyawa untuk anaknya,tapi apa yang di balas oleh sang anak?,ternyata hanya kesedihan yang mereka berikan kepada sang ibu,ya…termasuk diri ku ini.
Aku Rinata,perempuan yang sudah terlanjur tercap jelek di mata masyrakat karena penyakit akhlak ku yang bobrok.Kini aku tinggal di sebuah rumah kecil di lokasi yang cukup kumuh di kota Jakarta.Aku bersyukur masih bisa membeli rumah kecil ini dengan harga yang sangat murah dari sisa uang di kartu ATM ku.Aku tau papa pasti sudah tak akan pernah mengirim uang kepada ku,karena saat ini ia sangat marah dengan apa yang terjadi pada diri ku,mungkin saja papa tak menganggap ku lagi sebagai anaknya.Bingung rasanya karena sudah tak punya simpanan lagi yang bisa ku gunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari belum lagi memikirkan biaya untuk melahirkan nanti,ah…baru terasa beratnya beban ini.Dalam lamunan ku terbayang betapa borosnya aku waktu itu,menggunakan uang dengan semau ku tanpa terpikir manfaatnya.Aku yang berada di ruang keterpurukan,mencoba membangun kembali jati diri yang selama ini hilang.Mencari mozaik-mozaik hidup ku yang tercecer,entah sampai kapan semua ini berakhir,aku tak tau hanya waktu yang akan menjawab semua masalah hidup ku ini.
Aku Rinata,bekerja keras adalah usaha ku untuk bertahan hidup sampai saat ini.Persimpangan jalan raya dan perumahan penduduk itulah tempat ku mencari rejeki,ya…kini aku bekerja sebagai pedagang asongan,aku menjual gorengan dan beberapa merek air mineral.Gorengan-gorengan itu ku dapat dari seorang wanita tua bernama mbah Sarmo,mbah Sarmo lah yang menolong hidup ku kini,ia memberikan modal kepada ku.Aku tak tau harus kerja di mana lagi kalau bukan di tempat beliau.Mbah Sarmo juga mau mendengarkan kesah ku,setidaknya masih ada orang yang bisa ku jadikan sebagai orang tua,walaupun peran mamah tak akan pernah bisa tergantikan oleh siapa pun,mbah Sarmo juga banyak mengajarkanku tentang agama,ia bilang aku harus sabar menghadapi ini semua dan memohon ampunlah kepada Allah swt sebelum pintu taubat itu terkunci,itulah yang selalu terngiang-ngiang di dalam otak ku.Ku jalani hari-hari ku dengan berjualan gorengan,langkah demi langkah ku tuju,walau keuntungan tak seberapa tetapi aku masih tetap optimis untuk dapat bertahan hidup dari kerja keras ini.Walaupun kalakuan bejat ku itu sudah berlalu cukup lama,akan tetapi sampai saat ini masih saja terasa akibatnya.Papa ku adalah salah satu orang terpandang di negeri ini,dia adalah seorang pengusaha kaya yang mempunyai beberapa perusahaan terkenal di Indonesia maupun di luar negeri.Saat ini para wartawan sedang getol-getolnya mencari kabar tentang diri ku.mereka menyebarkan berita tentang kejelekan akhlak ku waktu itu.itu terlihat dari setiap koran daerah yang ku baca,"anak tidak tau diri bikin malu keluarga saja",itu lah segelintir kata-kata papa yang tertulis di koran yang menandakan bahwa sampai saat ini papa masih kecewa dan marah pada ku,tanpa ku sadari berlinanglah air mata ku ini,papa yang dulu sangat memanjakan ku bahkan selalu membela ku,tapi saat ini diri ku seperti sampah yang sudah di buang dan di lupakan oleh papa sendiri.Aku pun tersenyum kecut ketika membaca kalimat-kalimat papa yang muncul setiap pagi,sehabis membaca tulisan-tulisan itu,koran langsung ku buang jauh-jauh,aku heran kenapa aku masih saja membeli koran-koran dengan topik menyebalkan itu,semua itu tak bisa ku tepis karena dengan membaca koran-koran itu lah aku bisa mengetahui kondisi keluarga ku,aku bisa tau apakah papa masih marah terhadap ku.
Tak terasa waktu ashar telah tiba,aku yang sedang berjualan bergegas mencari musola atau mesjid terdekat untuk melaksanakan salat.Bukan pemandangan yang aneh bagi ku melihat orang-orang di sekitar ku yang mengusik keberadaan ku,mereka melontarkan kata-kata yang membuat telinga ku panas,mereka dengan seenaknya menghina ku,ya… mereka telah mengenali ku sebagai anak yang ada di koran daerah yang setiap pagi muncul,ya Allah… kuatkan lah hambamu ini dalam mencari dan menyusun kembali mozaik-mozaik hidup yang telah lama hancur.Rasanya begitu menyiksa hidup di negara sendiri,mana yang katanya bangsa Indonesia itu bangsa yang ramah,apa ini yang di katakan ramah?,protes ku.Aku merasa saat ini hanya keegoisan,orang yang sudah terpuruk hidupnya tak akan maju di negara ini,mereka malah tambah terpuruk dan terlarut dalam kesedihannya.Sudah lama rasanya kaki ini tak menginjak rumah Allah,seperti pertama kali saja diri ku memasuki ruangan ini.Ku telusuri setiap ruang di mesjid kecil ini,tersa hati ini nyaman sekali berada di dalamnya,walau bangunan ini tak semewah dan semegah rumah ku.Ku lihat di dekat mimbar berdiri seorang lelaki tua yang sedang khusuk melaksanakan salatnya,lelaki itu berpakaian lengkap seperti halnya orang-orang memanggilnya pak haji.Setelah puas mengitar mesjid kecil ini,aku pun bergegas berwudu dan melaksanakan salat.Di tengah-tengah sujud ku selalu ku selipkan doa untuk mamah tersayang,aku juga tak lupa berdoa untuk pengampunan segala dosa-dosa ku selama ini.Setiap tetes air mataku adalah tetes pengharapan taubatan nasuha,walau pun aku tak tau apakah mungkin Allah akan mengabulkan doa-doa ku yang hina ini,tetapi aku yakin Allah itu maha pemberi taubat,seperti halnya yang di katakan mbah Sarmo kepada ku.Andai saja mamah melihat keadaan ku saat ini,pasti ia akan merasa bahagia karena diri ku saat ini sudah memakai jilbab,aku bersyukur banget karena saat papa marah dan mengusir ku,beliau melampar-lempakan baju-baju muslim dan beberapa kerudung yang selama ini mamah berikan kepada ku.Terima kasih ya Allah karena di tengah-tengah kegetiran hidup ini engkau masih menyisipkan rona kebahagian untuk ku,ya…aku memang seharusnya banyak-banyak bersyukur kepadanya,karena tanpa curahan kasih sayangnya kita tak akan merasakan indahnya bumi ini dengan segala aktivitasnya.Setelah ku mengucapkan salam dan bergegas untuk kembali menjajahkan dagangan,tiba-tiba ada suara yang memanggil ku,suara itu berasal dari belakang.Benar ternyata suara itu berasal dari laki-laki tua yang tadi ku lihat,ia mendekati ku,"Assalammualaikum",sapanya,"waalaikumsalam,oh maaf pak haji tadi saya numpang solat di mesjid ini",jawab ku.Laki-laki tua itu pun tersenyum "oh nda apa-apa ko nak,mesjid ini kan milik kamu juga",ucapnya.Tiba-tiba laki-laki tua itu menyodorkan sapu tangan kepada ku,"ini nak sapu tangan,hidung mu berdarah, muka mu juga pucat,istirahat dulu jangan di paksakan,mungkin kamu sakit?,gak baik loh ndo buat kandungan mu",ucapnya menasehatkan ku.Setelah ku seka hidung ku,ternyata memang benar darah segar mengalir,memang tadi terasa seperti ada yang mengalir,tapi tak ku hiraukan,ah…mungkin aku terkena influenza,karena memang dari tadi kepala ku pusing sekali."makasih pak haji,tapi saya gak apa-apa ko,mungkin saya mimisan karena siang ini terasa amat panas",jawab ku seadanya."oh begitu,oh iya nama adik siapa,ko kayaknya saya pernah lihat adik ya,tapi saya lupa di mana,maklum lah sudah tua he...",ucap lelaki tua itu."maaf pak haji saya sudah tidak sopan,tidak memperkenalkan diri dari awal,nama saya Rinata,mungkin muka saya saja pak haji yang pasaran",kami pun tertawa bersamaan."Saya lihat dari muka dik Rinata sedang galau,apa ada masalah?",tanya orang tua itu."Kalau adik gak buru-buru,sudahlah duduk dulu di sini,mungkin saya bisa membantu masalah yang sedang nak Rinata hadapi",ajak pak tua itu."Makasih pak haji,ya saya memang sedang menghadapi masalah,tapi menurut saya ini semua pantas saya terima karena kelakuan saya yang dulu hina",sambil mengusap air mata ku teruskan cerita kisah hidup ku ini,sampai pada akhirnya pak haji itu pun mengerti dengan keadaan ku sekarang."Sabar ya nak,itu tandanya Allah masih sayang kepada mu,ujian dik Rinata mungkin amatlah berat tapi jangan terus di ratapi,toh selama ini nak Rinata sudah berusaha untuk mengubahnya,yang penting taubat yang nak Rinata inginkan harus benar-benar taubatan nasuha,ingat nak gak ada kata terlambat buat seseorang untuk berubah sebelum nyawa ini terlepas dari badan.Satu lagi saya mohon sekali sama adik,jangan sia-sia kan anak yang ada di kandungan mu sekarang,karena dialah satu-satunya keluarga yang saat ini kamu miliki.Percayalah di setiap tetes keringat bahkan tetesan darah seorang ibu saat melahirkan jaminannya surga Allah,dan pengorbanan yang saat ini adik lakukan akan di lihat oleh gustu Allah swt,dan masalah nak Rinata dengan keluarga tetap harus di tuntaskan,ya mungkin untuk saat ini mereka belum bisa menerimanya,tapi cobalah terus karena di setiap usaha yang di niati dengan hati yang ikhlas maka akan berbunga manis di ujungnya",nasehat pak haji.Subhanallah..kata-katanya membuat semangat baru dalam hidup ku,bagai air sejuk dari langit di tumpahkan ke atas kepala ini."Makasih ya pak haji,semua yang pak haji katakan akan saya ingat selalu,dan akan saya praktekan di dalam kehidupan sehari-hari,makasih sekali lagi pak haji",ucap ku gemetar."Nah,gitu dong ndo,harus punya semangat baru,nak Rinata ini sebenarnya anak baik-baik mungkin hanya saja cara mendidik orang tua adik yang keliru,oh ya abis ini nak Rinata mau kemana?,apa bener adik ini nda apa-apa?,tanya pak haji."Saya tidak apa-apa pak haji,saya mau melanjutkan berjualan",ucap ku."oh yo wis,hati-hati ya di jalan,ingat di setiap langkah nak Rinata ada Allah,jadi jangan gentar",ucap pak haji."Iya pa haji,saya pergi dulu ya,oh ya makasih atas semua nasihat yang pak haji berikan kepada saya,mari pak haji,assalammulaikum",ucap ku."Waalaikumsalam",jawab pak haji dengan senyum.
Sungguh pengalaman hidup yang sangat mengesankan,tak tersa air mata tertumpah mengingat semua nasihat pak haji tadi.Ini akan ku jadikan sebagai guru terbaik di dalam hidup ku dalam mencari ilmu agama dan menemukan kepingan-kepingan mozaik ku yang hilang di makan kebodohan.Ya Allah…bimbing lah hamba mu ini yang sedang kehilangan arah dalam menjalani hidup,jangan biarkan badan lemah ini masuk ke dalam jurang kemaksiatan yang lebih dalam lagi.Di tengah perjalanan perut ku terasa sakit sekali,ya..mungkin mahluk kecil yang ada di dalam perut ku ini protes karena belum makan sejak pagi.Aku putus kan untuk membeli sebungkus nasi,walau pun dengan lauk sederhana yang penting bisa mengganjal perut ku yang lapar,aku pun mencari-cari tempat yang rimbun untuk sejenak menyantap rejeki ini.Ketika karet ku buka,tercium aroma lezat yang menambah kenikmatan,tapi baru saja aku mau menyendok nasi itu,ku lihat di seberang jalan ada anak kecil yang menangis-nangis meminta makan kepada sang ibu,sang ibu hanya bisa mendiamkan anaknya,tapi bukan tambah diam,anak itu bertambah kencang tangisnya,mungkin mereka sudah tiga hari belum makan,tebak ku.Iba sekali rasanya hati ini melihat kejadian itu di depan mata,andai saja ku punya dua bungkus nasi,pasti sudah ku beri sebungkus nasi itu untuk mereka.Tapi tiba-tiba perut ini menjadi hilang laparnya,seolah-olah menyuruh ku memberikannya kepada anak kecil tadi.Maaf kan ibu nak,ibu akan mencari rejeki lagi nanti.Aku pun pergi mendekati mereka,dan mereka pun kaget dengan kehadiran ku."Assalammualaikum",sapa ku."Waalaikumsalam",jawab mereka bersamaan."ini bu ada sedikit rejeki,ambilah kasian anak ibu mungkin ia sangat lapar",ucap ku."Makasih dik,tapi bukannya adik juga belum makan?",tanya ibu itu."Sudah bu tak apa,jangan pikirkan saya,saya nanti bisa cari uang lagi buat beli nasi bungkus ini,yang penting sekarang adalah anak ibu,kasihan dia",ucap ku.Subhanallah ku lihat mata ibu ini berkaca-kaca menatap ku,"makasih banyak ya dik,semoga semua amal baik mu di balas gusti Allah,baik di dunia maupun di akhirat,dan semoga adik dan kandungannya di lindungi dari segala macam bahaya",ucapnya."Terimakasih bu,ya sudah saya pergi dulu,assalammualaikum",ucap ku."Waalaikumsalam",ucap ibu itu.Baru ku sadari saat ini,bahwa di dalam hidup ini sangat di perlukannya sebuah pengorbanan.Ku teruskan langkah ini,mencari pembeli yang mungkin akan memborong dagangan ku.Setelah cukup jauh aku berjalan ada seseorang yang memborong dagangan ku,alhamdulilah…dengan uang ini aku bisa membeli sebungkus nasi dan sisanya bisa ku tabung untuk biaya persalinan nanti.Hari demi hari ku lewati,ibadah ku semakin giat bahkan salat sunah yang biasanya gak pernah ku laksanakan ku coba jalani.Saat ini aku merasa jauh lebih tenang dalam menjalani kehidupan walau hidup ku kini sangat sederhana di bandingkan waktu-waktu yang lalu dengan kehidupan glamor yang semuanya bisa ku beli akan tetapi semuanya berkubang di dalam kegelapan.
Aku Rinata,saat ini usia kandungan ku memasuki delapan bulan,tak terasa sebentar lagi diri ku ini akan menjadi seorang ibu,aku berjanji kepada diri ku sendiri akan menjadi seorang ibu yang baik dan benar-benar perhatian kepada anaknya,seperti halnya yang telah di contohkan oleh mamah kepada anak-anaknya.Mamah,papa,ka Indra,ka Soleh maaf kan diri ku ini,Rinata janji setelah Rinata melahirkan Rinata akan mencoba kembali untuk datang ke rumah,tak masalah walau apapun juga rintangannya.Sulit memang untuk memaafkan kesalahan orang seperti diri ku ini.Tetapi aku tetap optimis akan terus berusaha,di sisa-sisa usia ku ini akan ku coba untuk bangkit dan merangkai kembali kepingan-kepingan mozaik hidup ku yang dulu hancur,semoga Allah senantiasa memberi kemudahan di dalam setiap langkah hidup ku ,oh...mamah aku akan berusaha menjadi muslimah yang engkau idam-idam kan pada diri ku,walau hidup ini sudah terkoyak,tak masalah bagi ku untuk memulainya lagi dari nol,percayalah Rinata sangat sayang sama mamah,walau kita jauh mamah terasa amat dekat membimbing setiap langkah ku dalam mengarungi hidup ini.

Tidak ada komentar: